Disneyland 1972 Love the old s

Apabila musibah menimpa kita, maka kita harus
segera mengambil sikap agar beban menjadi
ringan bahkan menjadi rahmat.
Pertama, apabila ditimpa musibah hendaknya
kita membaca ’innaa lillaahi wainnaa ilaihi
raaji’uun’ (“Sessungguhnya kita milik Allah dan
kepadaNyalah kita akan dikembalikan”). Allah
Ta’ala berfirman, “yaitu orang-orang yang jika
ditimpa musibah mereka mengucapkan
“ innaalillaahi wa-innaa ilaihi raaji’un”. Rasulullah
bersabda, “Tidaklah seorang hamba ditimpa
musibah lalu beristirjaa’ niscaya Allah Ta’ala akan
memberi ganjaran pada musibahnya dan akan
menggantikannya dengan yang lebih baik
darinya ”. (HR.Muslim)Ucapan istirjaa’
mengandung pengertian bahwa diri kita,
keluarga dan harta benda adalah milik Allah
Ta ’ala. Ketika kita lahir, kita tidak memiliki apa-
apa. Demikian pula sampai kita meninggal nanti
kita tidak akan membawa apa-apa. Semua itu
akan kita tinggalkan dan kita tidak akan
membawa sesuatu, kecuali amal shalih kita.
Karena itu, persiapan diri adalah mutlak untuk
menghadapi hari tersebut.
Kedua, hendaknya kita yakin dengan takdir Allah
Ta ’ala baik dan buruknya. Ini penting, karena
keyakinan dengan rukun iman yang keenam ini
akan meringankan beban kita. Iman kepada
takdir memberi kita semacam ‘kekebalan dini’
dengan kesadaran sedalam-dalamnya bahwa
segala sesuatu yang telah, sedang dan akan
terjadi itu telah tertulis di lauh al-mahfuzh.
Dengan demikian, apapun yang menimpa kita
tetap berada di dalam bingkai kesadaran,
sehingga musibah akan terasa lebih ringan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
dalam do’anya yang terkenal, “…anugrahkanlah
pada kami keyakinan yang menjadikan musibah
terasa ringan …”. (HR. at-Tirmidzi dan al-Hakim).
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Tiada satu
bencanapun yang menimpa di muka bumi dan
tidak pula pada dirimu kecuali telah tertulis pada
kitab sebelum kami menciptakannya. Sunggguh,
yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu
tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari
kamu dan agar kamu tidak terlalu gembira
dengan apa yang diberikan Allah padamu. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yang
sombong dan membanggakan diri ”. (QS. Al-
Hadiid: 22-23)
Ketika ada hal-hal yang luput, mengalami
penderitaan, menghadapi kesulitan, kita tidak
terlalu bersedih hati dan menjadikan kita
berprasangka buruk kepada Allah.
Ketiga, hendaknya kita bersyukur karena
musibah yang menimpa kita tidaklah lebih besar
dari yang menimpa orang lain. Begitu banyak
orang yang mendapatkan musibah jauh lebih
mengenaskan daripada kita. Seberat apapun
musibah dunia yang menimpa kita, yakinlah
masih ada lagi yang lebih berat. Tidak sedikit
orang yang sebenarnya terkena musibah tapi dia
tidak menyadarinya, yakni ’ tertimpa musibah
dalam agamanya. Yang mengherankan adalah
tidak sedikit orang terjatuh pada musibah agama
(musibah diniyah), namun ia sedikitpun tidak
merasa sedih. Terjatuh pada perzinahan, makan
riba, membunuh jiwa yang tidak halal, pergi ke
dukun atau tukang ramal dan membenarkannya
adalah di antara musibah diniyah, bahkan yang
terakhir bisa menggelincirkan pelakunya dari
Islam.. Itulah sebabnya Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wasallam mengajarkan kita sebuah do’a
agar kita tidak terjerumus musibah ini. Dalam
do ’anya beliau bersabda, “Ya Allah jangan
engkau jadikan musibah kami dalam agama
kami ”. (HR. Tirmidzi dan Hakim)
Keempat, hendaknya kita sedapat mungkin tidak
berkeluh kesah, menggerutu atas musibah yang
melanda kita. Sebab itu semua tidak akan
mengembalikan apa yang telah hilang. Berkeluh
kesah juga menunjukkan seseorang tidak ridha
dengan takdir Allah Ta ’ala. Bagi mereka yang
menjaga shalatnya, menjaga kehormatannya,
menunaikan zakat, beriman kepada Allah Ta ’ala
dan Hari Kemudian, maka tidak akan berkeluh
kesah. Mengeluh kepada manusia juga tidak tidak
memberi banyak manfaat, karena bisa menodai
kesabaran dan keridhaan. Para salafus shalih jika
mereka ditimpa musibah sekecil apapun, ia
langsung mengeluhkannya kepada Allah. Bahkan
di antara mereka ada yang mengeluh kepada
Allah karena tali sendalnya putus. Kalau musibah
mereka tergolong berat, seperti kematian anak,
orang tua, kerabat dan lain-lain mereka berusaha
menyembunyikannya dan tidak
mengabarkannya kecuali untuk urusan
memandikan, menshalatkan, dan
menguburkannya.
Kelima, kita harus yakin bahwa apa yang
menimpa jika kita sabar dan ridha, maka Allah
Ta ’ala pasti memberikan gantinya. Allah Ta’ala
akan memberi kenikmatan, berkah, kelezatan,
kebaikan yang berlipat ganda. Bahkan musibah
yang melanda akan menghapuskan dosa-dosa
dan akan menyucikan jiwa-jiwa kita. Allah Ta ’ala
berfirman, artinya, “Mereka itulah yang akan
mendapatkan shalawat dari Tuhannya, rahmat
dan mereka itulah orang-orang yang
mendapatkan petunjuk ” . (QS. al-Baqarah: 157).
Semoga kita menyikapi setiap bencana yang
menimpa kita dengan baik dan benar. Sabar dan
ridho serta selalu bersyukur kepada Allah Ta ’ala,
insya Allah kita akan mendapatkan kelezatan
iman.

KEMBALI